Pandemi COVID-19 memiliki dampak global yang besar pada perawatan kesehatan, dan telah mempercepat proses adopsi teknologi digital. Salah satu teknologi digital yang muncul adalah blockchain yang memiliki karakteristik unik (misalnya, kekekalan, desentralisasi, dan transparansi) yang dapat berguna di banyak domain (misalnya, pengelolaan catatan medis elektronik dan hak akses, dan kesehatan seluler).
Penulis melakukan systematic review terhadap aplikasi blockchain terkait COVID-19 dan non-COVID-19 dalam perawatan kesehatan. Penulis mengidentifikasi laporan relevan yang dipublikasikan di MEDLINE, SpringerLink, Institute of Electrical and Electronics Engineers Xplore, ScienceDirect, arXiv, dan Google Scholar hingga 29 Juli 2021. Artikel yang menyertakan desain klinis dan teknis, dengan atau tanpa pengembangan prototipe, disertakan. Sebanyak 85.375 artikel dievaluasi, dengan 415 laporan lengkap (37 terkait COVID-19 dan 378 tidak terkait COVID-19) akhirnya dimasukkan dalam analisis akhir. Aplikasi utama terkait COVID-19 yang dilaporkan adalah pengendalian dan pengawasan pandemi, pemantauan kekebalan atau paspor vaksin, dan pelacakan kontak. Tiga aplikasi teratas yang tidak terkait COVID-19 adalah pengelolaan rekam medis elektronik, internet of things (misalnya, pemantauan jarak jauh atau kesehatan seluler), dan pemantauan rantai pasokan. Sebagian besar melaporkan kinerja teknis terperinci dari platform prototipe blockchain (277 [66·7%] dari 415), sedangkan sembilan (2·2%) studi menunjukkan aplikasi dan adopsi klinis dunia nyata. Studi yang tersisa (129 [31·1%] dari 415 itu sendiri merupakan desain teknis saja. Platform yang paling umum digunakan adalah Ethereum dan Hyperledger.
Teknologi blockchain memiliki banyak potensi aplikasi terkait COVID-19 dan non COVID-19 dalam perawatan kesehatan. Namun, sebagian besar penelitian saat ini masih pada tahap teknis, dengan sedikit yang menyediakan aplikasi klinis sebenarnya, menyoroti kebutuhan untuk menerjemahkan teknologi blockchain dasar ke dalam penggunaan klinis.
Jurnal ini dipublikasikan pada Oktober di The Lancet, selengkapnya Klik Disini