HomeReportase KegiatanSurge Capacity

Webinar Logistik Vaksin COVID-19: Kasus di Inggris

Webinar Logistik Vaksin COVID-19: Kasus di Inggris

Webinar Logistik Vaksin COVID-19: Kasus di Inggris diselenggarakan oleh PKMK FKKMK UGM pada Senin 14 Desember 2020 pukul 16.00-18.00 WIB. Webinar ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai distribusi vaksin di Inggris kepada peserta webinar agar dapat diambil pelajaran yang mungkin bisa diadopsi dalam proses distribusi vaksin COVID-19 di Indonesia. Narasumber webinar antara lain  Gindo Tampubolon PhD (The University of Manchester) dan Ir Rudolf Saut (GAC Samudera Logistik). Sesi ini  dimoderatori oleh Yos Hendra SE, MM, M.Ec.Dev., Ak., CA.

Webinar dibuka oleh ketua program studi HPM, FK – KMK UGM yaitu Prof dr. Laksono Trisnantoro , M.Sc, PhD yang menyampaikan bahwa webinar ini penting untuk diambil pelajarannya terkait ditribusi vaksin COVID-19 di Inggris, walaupun kemungkinan di Inggris lebih mudah dibandingkan dengan di Indonesia.

Narasumber utama Gindo menyampaikan gambaran bagaimana distribusi vaksin COVID-19 di Inggris yang mempergunakan vaksin Pfizer. Distribusi vaksin ini relatif sulit karena vaksin ini membutuhkan suhu dibawah 70 derajat celcius. Sehingga mulai dari proses packing vaksin pada saat distribusi sampai dengan proses pelaksanaan vaksinasi pertama memerlukan perlakuan khusus. Akan tetapi dalam gambaran distribusi tersebut tidak tampak sesuatu yang luar biasa karena sistem vaksinasi di Inggris sudah sangat matang, sehingga dalam distribusi vaksin COVID-19 ini tidak berbeda dengan penanganan vaksin lainnya. Pemerintah Inggris juga memberikan informasi secara terbuka baik komposisi vaksin  maupun dalam proses perencanaan implementasi vaksinasi, hal ini untuk mengurangi ketidakpercayaan masyarakat terutama yang antivaksin.

Gindo menyampaikan bahwa proses distribusi logistik vaksin COVID-19 di Indonesia akan gagal. Pihaknya menyampaikan secara keras karena berdasarkan penelitian terkait vaksinasi anak di Indonesia selama 35 tahun belakangan ini, pelaksanaanya hanya dapat mencakup 40% saja. Hal ini sangat rendah dibanding Negara – negara lain di Asia tenggara, bahkan di Afrika. Gindo menyampaikan ukuran keberhasilan distribusi logistik vaksin COVID-19 di Indonesia dapat dilihat dari penyampaian vaksin COVID-19 di suku Dayak di Kalimantan Indonesia dibandingkan dengan waktu penyampaian vaksin COVID-19 di suku Dayak di Malaysia. Apabila selisihnya tercapai di bawah 2 bulan atau 1 bulan maka bisa dikatakan distribusi vaksin COVID-19 di Indonesia berhasil.

Narasumber kedua, Rudolf Saud sebagai menyampaikan gambaran distribusi vaksin di Indonesia.  Dimana proses distribusi vaksin yang dilakukan di Indonesia sangat ketat, ada register untuk tiap – tiap vaksinnya yang dapat ditelusur kepada siapa penggunanya. Rudolf Saud sebagai Direktur Samudera Logistik menyampaikan bahwa sebagai pihak swasta di Indonesia memiliki Samudra Logistik memiliki storage yang bisa dimanfaatkan untuk menampung sementara vaksin COVID-19, sampai dapat didistribusikan. Kapasitas storage yang dimiliki saat ini mampu menampung 80 juta vaksin dengan suhu 2 – 8 derajat Celcius.

Samudra Logistik sudah berpengalaman dalam distribusi sehingga bisa membantu pada tahapan sampai ke kabupaten/kotamadya. Sementara distribusi ke fasilitas kesehatan maupun user bisa dilakukan oleh kabupaten/kota masing – masing.

Penjelasan singkat narasumber kedua dilanjutkan dengan sesi diskusi beberapa hal menarik dalam sesi diskusi antara lain adalah mengenai kebijakan pemilihan vaksin Sinovac maupun Sinofarm serta kebijakan inplementasi vaksin diutamakan ke masyarakat dengan umur 18 – 59 tahun.

Gindo menanggapi dengan keras bahwasanya kebijakan Pemerintah Indonesia tidak berdasarkan pada pengetahuan, kebijakan pemilihan vaksin untuk umur 18 – 59 tahun hanya akan menanggulangi 5% tingkat kematian akibat virus COVID-19. Kebijakan Inggris bertolak belakang, vaksin diutamakan untuk umur 60 tahun ke atas yang memiliki prosentase tingkat kematian 13 kali lipat, sehingga pada tahapan  ke 3 vaksinasi sudah dapat dipastikan bahwa tingkat kematian akibat COVID-19 kan menurun 90%, sedangkan tahapan 4 sampai 9 merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah saja kepada rakyatnya.

Menyinggung pemilihan vaksin, Gindo juga menyampaikan bahwa dalam keadaan genting kita perlu sistem yang redundant. Supaya sistem redundant agar tidak gagal maka perlu double platform. Vaksin Sinofac dan Sinofarm merupakan vaksin yang memiliki platform yang sama yakni virus SARS-Cov 2 yang dilemahkan, ada baiknya selain menggunakan platform tersebut menggunakan vaksin lain yang menggunakan platform berbeda yakni RNA/RNA-vektor.

Terkait distribusi logistik dari Rudolf Saut menambahkan bahwa distribusi vaksin bisa dilaksanakan mengingat kita baru selesai pilkada, saat ini hanya tinggal menggantikan logistik pilkada dengan vaksin yang dibawa saja memakai coolbox.

Gindo menyampaikan kritik keras sebenarnya bertujuan untuk memicu pemerintah Indonesia dapat bergerak dengan cepat, agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan atau dalam hal ini terjadi kegagalan dalam implementasi vaksinasi. Reporter: Barkah Prasetyo (PKMK UGM)


Materi dan Video Rekaman Silahkan KLIK DISINI
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x