HomePengambil KebijakanManajer Lembaga Kesehatan

Zoom Meeting Serial Knowledge Management Pertemuan ke – 15 TAKSONOMI COVID-19

Zoom Meeting Serial Knowledge Management Pertemuan ke – 15 TAKSONOMI COVID-19

Pengantar

Prof Laksono Trisnantoro menjadi fasilitator pada webinar series ke-15 Forum Knowledge Management ini. Diskusi ini menghadirkan narasumber, dr. Lutfan Lazuardi, M.Kes, Ph.D, ahli infomatika kesehatan yang berasal dari Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, FK – KMK UGM yang akan menjelaskan tentang toxonomi dalam knowledge management.

Ada hal yang sangat penting dalam proses knowledge management bagi intansi pemerintah dan swasta yang memang sedang atau selalu mengelola pengetahuan dan menjadikan pengetahuan sebagai dasar dalam bekerja, yakni taxonomi. Tidak hanya itu, taxonomi dalam pengelolaan pengetahuan juga sangat penting bagi hubungan antara provider dan pengguna pengetahuan tersebut.  Seperti bahasan forum ini minggu lalu, hubungan antara demand dan supply  serta adanya isu keinginan menjadi subsidi pemerintah, maka taxonomi menjadi hal yang menarik untuk dilakukan.

Video live streaming kegiatan ini https://www.youtube.com/watch?v=FEQyqOE2UT4

Paparan

Sebuah langkah cepat yang dilakukan oleh tim website www.manajemencovid.net untuk mendokumentasikan pengetahuan terkait COVID-19 sejak kemunculannya di Indonesia. Meski banyak kekurangan dalam persiapan tetapi website ini kaya akan pengetahuan yang dibutuhkan. Pembenahan selanjutnya yang dibutuhkan, kata Lutfan di awal paparan materinya.

Mengawali bahasan dengan perkembangan Knowledge Sharing Strategy, yang dimulai dengan cara paling sederhana yakni dialog, media cetak, internet, sosial media, hingga webinar seperti saat ini. Dua outline  yang akan dibahas yakni progress dan rencana perbaikan website manajemen covid.

Review singkat website manajemen covid menunjukkan kenaikan jumlah pengunjung baik harian, mingguan, maupun bulanan dan 40% diantaranya adalah pengguna lama yang terus menerus mengakses website ini. Selain itu, halaman website yang sering dikunjungi yaitu agenda dan halaman depan dengan durasi hingga 4 menitan. Dari google analitik ini kita dapat menganalisis pola – pola pembaca kita yang tentunya sangat bermanfaat untuk peningkatan website ini ke depannya.

Berkaca dari sistem pencarian website yang masih belum teratur, maka langkah selanjutnya dibutuhkan pengaturan pencarian yang lebih sistematis. Menggunakan istilah taxonomy tetapi pengertian yang lebih tepat yang akan digunakan adalah klasifikasi sistem, dikenal juga dengan taksonomi URL. Dengan adanya taksonomi ini tentu akan memudahkan pengguna mencari informasi yang dibutuhkan meski dengan beragam cara menuliskan kata kunci dan minat.

Bahan paparan pada link berikut: https://drive.google.com/file/d/1FFrx82B11pphUZk6_1s0zJ3j9JXCra1c/view?usp=sharing

Diskusi

Mengawali diskusi, PDDI LIPI mengomentari paparan dr. Lutfan. Setuju dan memang meningkatkan upaya pencarian ini ada banyak caranya. Namun, umumnya adalah memang pada kata kunci setelah domain.

Tantangan untuk mengklasifikasikan pengetahuan di era digital saat ini semakin besar jika dibandingkan dengan beberapa dekade sebelumnya, termasuk verifikasi kebenaran informasi tersebut. Ditanggapi oleh Dr. Lutfan bahwa di website manajemen covid hal ini sudah dilakukan yakni membuka akses kepada pengguna untuk melakukan penelusuran langsung kepada sumber pengetahuan, misalnya narasumber dan sumber cetak. Hal ini barangkali yang jarang dilakukan pada website lainnya.

Melihat perkembangan ini, tentunya akan banyak perubahan knowledge management ke depannya. Hal yang nyata terlihat misalnya sistem perpustakaan. Apakah LIPI juga akan menjembatani antara knowledge workers dan pengguna seperti manajer rumah sakit dan tenaga kesehatan di rumah sakit misalnya. Sebuah pertanyaan menarik dari Prof. Laksono yang langsung ditujukan pada LIPI. Tanggapan lugas langsung disampaikan oleh Hendro dari PDDI LIPI. Pertama, masa depan perpustakaan harus lebih digital lagi karena tidak bisa dipungkiri bahwa sumber pengetahuan tidak lagi dari buku, bahkan sebuah tweet twitter pun bisa menjadi sumber. Kedua, pentingnya taksonomi untuk menghubungkan antarkata kunci yang begitu banyak ini sebab jika tidak maka masyarakat kita akan tenggelam dalam banjirnya informasi. Tugas knowledge workers inilah yang menghubungkan antar pengetahuan satu dengan pengetahuan yang lain sehingga pengguna tahu akan memulai belajar dari mana atau mau mendalami pengetahuan yang mana.

Diskusi yang menarik ini kemudian digambarkan polanya oleh Laksono, dimana ada website di tengah dengan ahli – ahli bidangnya, kemudian ada pustakawan di masing – masing rumah sakit. Bentuk hubungannya bisa saja dari website diakses oleh perpustakaan rumah sakit kemudian disarikan oleh ahli yang ada di rumah sakit. Meski tantangannya nanti bahwa tidak semua rumah sakit memiliki ahli. Maka dari itu bisa juga sebaliknya dimana website yang memiliki ahli. Disimpulkan Lutfan sebagai bentuk kekuatan dari interoperabilitas yang harus dibangun ke depannya. LIPI bertugas sebagai fasilitator tetap akan merujuk pada domain yang dimiliki oleh masing – masing ilmu pengetahuan, misalnya kesehatan, kedokteran, pangan dan lainnya di masa depan.

Achmad Subagyo bertanya, selain kecepatan untuk tracing apakah sistem ini mampu juga untuk mengukur keakuratan data untuk menghindari hoax? Tentunya bisa, jawab Lutfan. Selain itu juga kualitas sistemnya, seperti impact factor pada jurnal ilmiah. Adi Sanjaya menyatakan terima kasih atas fasilitasi UGM menyediakan informasi gratis seperti ini. Namun, tidak akan selamanya seperti itu, ungkap Laksono. Ini yang menjadi pertanyaan menarik, siapa yang akan membiayai knowledge management ini. Seperti awalnya website ini dibiayai oleh filantropis dan donasi hingga oleh Knowledge Sector Initiative. Ke depannya kita akan bebankan kemana? Apakah pemerintah, swasta, donor asing, filantropi, atau paling ekstrim yaityu berbayar dari pengguna. Ditimpali oleh PDDI LIPI, yang paling memungkinkan adalah pembiayaan model campuran sebab mata anggaran pemerintah untuk knowledge management hingga saat ini belum ada. Selain itu, dengan berbayar juga akan meningkatkan keseriusan pengguna dan kualitas dari provider.

Penutup dan Survei

Sebagai penutup, peserta forum diminta untuk mengisi survei. Survei ini ditujukan untuk mengetahui persepsi peserta terlebih dahulu dengan sistem ini. Lutfan menyampaikan analisis singkat hasil analitik dari survei ini.

Silakan jika ingin mengikuti link survei: https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSeEY2bHu0FrfhtyguROJMv1ddpKDOO7XXAFV0UqKtUvTv8o4Q/viewform


Reportase oleh Madelina Ariani | Editing oleh Widarti

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x