HomePengambil KebijakanManajer Lembaga Kesehatan

Peran Sektor Swasta dalam Respon terhadap COVID-19 Studi Kasus DIY

Peran Sektor Swasta dalam Respon terhadap COVID-19 Studi Kasus DIY

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK – KMK UGM kembali menyelenggarakan Webinar Serial Penelitian Surge Capacity : Peran Sektor Swasta dalam Respon terhadap COVID-19 Studi Kasus Daerah Istimewa Yogyakarta, yang berada di bawah penelitian payung Surge Capacity. Seminar virtual ini diadakan pada 26 Juni 2020 pukul 10.00 – 11.30 WIB yang diikuti oleh pemerhati sistem kesehatan, akademisi, praktisi dan peneliti. Narasumber sekaligus peneliti adalah Shita Dewi dengan dimoderatori oleh  Tri Muhartini. Pembahas pada kegiatan ini adalah Darwito Suwito (ketua PERSI DIY) dan Jodi Visnu (Peneliti PKMK FK-KMK UGM)

Melalui penelitian ini diharapkan dapat mencatat peran sektor swasta dalam mendukung pemerintah daerah DIY dan menjadi masukan dalam pemembuatan model kerjasama dengan sektor swasta dalam menghadapi situasi bencana di masa depan.

Shita Dewi menjelaskan hingga saat ini sudah melakukan wawancara kepada 3 RS swasta rujukan dan 2 kelompok masyarakat, sementara responden yang lainnya sedang menunggu konfirmasi. Kemudian dipaparkan bahwa penelitian ini menggunakan kerangka konsep 4S (system, structure, staff dan stuff). Dari konsep system, diketahui bahwa RS telah memiliki tim siaga covid-19, bahkan ada RS jejaring yang sudah membentuk tim sebelum ditunjuk sebagai RS rujukan, dikarenakan RS tersebut sudah mengantisipasi lebih awal berdasarkan arahan dari RS induknya. Selama pandemi ini, koordinasi pemerintah dan RS rujukan COVID-19 dilakukan melalui WhatsApp grup yang beranggotakan Dinas Kesehatan dan semua direktur RS, selanjutnya pelaporan secara detail dikirimkan tiap hari melalui email dan template yang telah disediakan oleh Dinkes. Untuk sistem pembiayaan, RS rujukan mendapatkan penggantian biaya perawatan pasien PDP/ODP dari pemerintah setelah mengajukan klaim. Pendanaan selama pandemi disesuaikan dengan kebutuhan dan melakukan realokasi anggaran. Berbeda dengan di RS, pada unsur masyarakat sistemnya bersifat tidak terikat , berkembang melalui media sosial dan pendanaan berasal dari donasi masyarakat.

Selanjutnya untuk konsep struktur/fasilitas, RS-RS tersebut merenovasi infrastuktur yang sudah ada kemudian diubah menjadi ruang isolasi bertekanan negatif, dan ketersediaan fasilitas yang lainnya juga dinilai masih tercukupi termasuk ambulance. Selain untuk pasien, RS juga menyediakan tempat tinggal sementara bagi tenaga kesehatan yang bekerja melayani pasien covid.

Untuk konsep staf, baik dari sisi jumlah tenaga kesehatan, maupun dari jenisnya, ketersediannya sudah cukup untuk menangani pasien covid, hal ini karena RS melakukan mobilisasi SDM dari unit pelayanan yang mengalami penurunan kunjungan pasien. Namun memang pada saat awal pandemi, sempat mengalami keterbatasan SDM karena terjadi lonjakan pasien. Selain keterbatasan dokter, diakui pula ada keterbatasan SDM yang memiliki keahlian untuk mengoperasikan ventilator. Berbeda halnya dengan di rumah sakit, unsur masyarakat memiliki relawan dengan berbagai macam background sehingga dapat melakukan capacity building baik untuk internal maupun untuk selain anggota. Lalu mereka juga memiliki relawan terkait pendataan dan pendistribusian bantuan.

Berikutnya, terkait stuff/ peralatan, masing-masing RS swasta tersebut memiliki 1 – 3 ventilator yang khusus digunakan untuk pasien covid dan menyediakan pula mesin hemodialisa untuk pasien covid. APD dan masker berasal dari pengadaan mandiri, yang kemudian mendapat bantuan dari pemerintah, lembaga sosial, dan donasi dari masyarakat.

Jodi Visnu selaku pembahas mengusulkan untuk menggali lebih jauh teknik penggalangan dana medis dan non medis, apakah melalui komunitas tertentu seperti komunitas keagamaan, komunitas mantan pasien, relawan dan lainnya sehingga teknik ini bisa digunakan apabila suatu saat terjadi kesulitan logistik seperti kondisi sekarang. Lalu penting juga diketahui proses RS dalam menyiapkan fasilitas seperti ruang isolasi bertekanan negatif, seberapa lama waktu yang dibutuhkan dan investment yang diperlukan baik secara tenaga, dana dan lainnya. Hal ini berguna untuk mengetahui cadangan yang perlu disiapkan oleh RS apabila terjadi outbreak. Kemudian perlu dilakukan juga indentifikasi tipikal RS jejaring, bagaimana pola untuk jejaring antar kota, dan jejaring yang hanya di DIY.

dr. Guardian Sanjaya (FK-KMK UGM) juga menambahkan dari data Kemenkes bahwa kasus covid yang statusnya dalam perawatan dibanding dengan kapasitas RS (ketersediaan bed di ICU, ruang isolasi) diketahui kapasitas di DIY masih sangat cukup dalam penanganan covid karena angka utilisasinya tidak terlalui besar, belum memerlukan RS darurat untuk covid seperti di Jakarta.

Selain itu dr. Guardian juga menanyakan apakah sampel juga melibatkan komunitas lainnya seperti UGM yang diketahui juga turut membantu Dinkes dalam melakukan surveilans.

Darwito Suwito (PERSI DIY) menyampaikan perlu juga untuk mengidentifikasi terkait  kepatuhan RS dalam menerapkan SOP dan prosedur yang telah dibuat dan bagaimana merespon kebijakan PSBB. Dalam pengidentifikasian tersebut, perlu dipertimbangkan jika RS swasta tentu berbeda dengan RS pemerintah yang mendapat pendanaan yang cukup dari pemerintah. RS swasta mengelola sumber pendanaan secara mandiri.

Sebagai lanjutan kegiatan, peneliti akan melakukan pengumpulan data untuk sampel lainnya. Koordinasi akan dilakukan lebih lanjut dengan tim peneliti lain untuk tambahan informasi sebagai bahan analisis. Setelah itu akan dilakukan penyusunan draft laporan sehingga bisa dilakukan presentasi pada akhir Juli mendatang.

Reporter: Hermawati Setyaningsih (Pusat KP-MAK UGM)


Unduh Materi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x