HomePengambil KebijakanManajer Lembaga Kesehatan

Kesiapan Sistem Kesehatan Daerah Menghadapi Lonjakan Pasien Covid-19 (Studi Kasus DIY dan DKI)

Kesiapan Sistem Kesehatan Daerah Menghadapi Lonjakan Pasien Covid-19 (Studi Kasus DIY dan DKI)

Kegiatan ini bertujuan untuk melaporkan hasil penelitian sementara kesiapan sistem kesehatan daerah menghadapi lonjakan pasien COVID-19 (studi kasus DIY dan DKI). Tim peneliti menyampaikan laporan tersebut berdasarkan hasil kajian dari komponen dalam menghadapi kapasitas lonjakan yaitu 4S (system, structure, staff dan stuff). Komponen tersebut merupakan bagian dari kerangka konsep penelitian ini.

Sesi 1 : Komponen system, structure, staff dan stuff

“Dok. PKMK FK-KMK UGM “Pemaparan perhitungan COVID-ESFT v2.0”

Gambaran umum saat ini kasus COVID-19 di DIY meningkat. Demikian halnya dengan DKI terus terjadi peningkatan apalagi setelah adanya pelonggaran PSBB. Pengamatan pada aspek sistem di Provinsi DIY terjadi penambahan kerjasama dengan swasta yaitu PERSI dan IDI DIY. Rumah sakit yang ditunjuk sebagai RS Rujukan secara keseluruhan sudah memiliki tim COVID-19, namun tidak semua rumah sakit tersebut memiliki dokumen Hospital Disaster Plan (HDP). Aspek Sistem pada DKI Jakarta sudah terbentuk Incident Command System (ICS), namun yang masih menjadi kendala adalah dokumen HDP belum terintegrasi dengan wilayah. Pedoman COVID-19 menjadi pedoman utama yang disosialisasikan untuk menekan lonjakan kasus di DKI Jakarta.  Hasil pengamatan pada aspek struktur DIY, berbeda dengan DKI Jakarta yang memiliki RS Darurat Wisma Atlet, pemerintah DIY tidak menyiapkan RS Darurat COVID-19. Beberapa rumah sakit rujukan COVID-19 memiliki kapasitas ruang perawatan yang dapat dimekarkan sampai dengan 30%. Hingga saat ini fasilitas yang ada masih mencukupi untuk menangani pasien COVID-19. Aspek struktur di DKI Jakarta, selain dengan terbangunnya RS Darurat Wisma Atlet, pemerintah menambah jumlah rumah sakit rujukan COVID-19. Terdapat juga penambahan kerjasama laboratorium tes COVID-19.

Hasil pengamatan dari aspek staff di DIY, mobilisasi SDM dari unit pelayanan yang mengalami penurunan kunjungan pasien ke unit layanan COVID-19 masih dapat dilakukan. Sementara untuk DIY sudah menyiapkan antrian dari relawan yang siap menggantikan rotasi petugas COVID-19. Hasil pengamatan dari aspek Stuff pada awal pandemic terjadi kelangkaan APD di DIY dan DKI Jakarta. Namun, untuk saat ini kelengkapan APD tidak menjadi kendala utama karena ada mitra memberikan donasi APD.

Sesi 2 : WHO COVID-19 Essential Supplies Forecasting Tool (COVID-ESFT) v2.0

Melalui perhitungan dengan menggunakan tool COVID-ESFT v2.0 , dalam 26 minggu forecasting period ke depan akan ada tambahan kasus positif sebanyak 137.234 orang, di DIY. Dari jumlah tersebut 20.585 diantaranya akan memperlihatkan gejala berat dan perlu dirawat inap di RS dan 6862 mungkin akan membutuhkan ruang perawatan kritikal. Tempat tidur rumah sakit masih mampu untuk mengakomodasi kenaikan jumlah pasien untuk pasien bergejala berat (severe). Namun pada minggu 11 bed untuk pasien kritis mencapai kapasitas maksimalnya (terjadi lonjakan) dan perlu dipikirkan untuk menambah sumber daya atau strategi intervensi public health yang lain. Tenaga kesehatan untuk 2 minggu kedepan masih mencukupi, namun pada minggu ke 26 terjadi kesenjangan jumlah nakes dengan lonjakan pasien rawat inap yang terjadi.

Dalam 15 minggu forecasting period ke depan akan ada tambahan kasus positif sebanyak 452.053 orang di DKI. Dari jumlah tersebut 67.808 diantaranya akan memperlihatkan gejala berat dan perlu dirawat inap di RS dan 22.603 mungkin akan membutuhkan ruang perawatan kritikal. Tempat tidur rumah sakit masih mampu untuk mengakomodasi kenaikan jumlah pasien untuk pasien bergejala berat (severe) hingga minggu ke – 13. Tempat tidur untuk pasien kritis saat ini dikalkulasikan sudah mencapai kapasitas maksimalnya (terjadi lonjakan) dan perlu dipikirkan untuk menambah sumber daya atau strategi intervensi public health yang lain. Hingga minggu ke – 12 depan nakes masih mencukupi, namun pada minggu ke – 13 terjadi kesenjangan jumlah nakes dengan lonjakan pasien rawat inap yang terjadi.

Sesi 3 : Skenario berdasarkan hasil forecast

Skenario optimis bisa terjadi apabila bisa menekan jumlah trasmisi lokal. Sementara transmisi lokal sudah agak tinggi artinya DIY sudah memasuki skenario moderat. Hal yang penting diperhatikan adalah harus menjauhi skenario pesimis yaitu dimana disaat transmisi lokal tinggi.  Jika dikaji berdasarkan skenario transmisi (WHO) DIY sudah berada dalam skenario kasus sporadik dan kasus klaster. Jika DIY tidak hati – hati maka akan masuk ke skenario terburuk yaitu transmisi komunitas, dimana dalam kondisi ini akan semakin sulit dilakukan tracing. Pada kasus sporadik dan klaster area kerja prioritas yang penting diperhatikan diantaranya mekanisme emergency respon, komunikasi risiko, penemuan kontak , uji lab, surveilans dan manajemen kasus.

Jika skenario pesimis terjadi dari aspek sistem harus mengaktifkan seluruh sistem komando, komunikasi dan koordinasi lintas sektor. Dari segi aspek structure sebelum terjadi lonjakan penting mempersiapkan fasilitas RS darurat COVID-19 dan menyusus Business Continuity Plan. Dari segi aspek staff sebeum terjadi lonjakan harus dipastikan ketersediaan tenaga kesehatan maupun pekerja sosial yang terlatih. Selanjutnya dari segi aspek stuff, penting dilakukan pemetaan sumber pembiayaan, kebutuhan logistik dan sistem informasi.

Sesi diskusi :

Sesi diskusi ini membahas pertanyaan peserta siapa yang bertanggung jawab untuk mengendalikan sistem tersebut. Ini sangat berkaitan dengan Incident Command System (ICS), jadi merekalah yang berperan untuk menjalankan sistem ini. ICS ada di level provinsi, kabupaten/kota dan rumah sakit. ICS di DIY sudah terbentuk melalui adanya SK Gugus Tugas COVID-19. Tantangan yang masih dirasakan dalam ICS ini adalah kepemimpinan. Siapa yang bertanggungjawab maka kembali ke SK Gugus Tugas yaitu wakil gubernur. Sebagai ketua, beliau berperan menggerakkan unsur – unsur di bawahnya. Unsur – unsur ini termasuk bidang kesehatan, pariwisata, perekonomian, pendidikan dan lain – lain. Ini semua sudah dijelaskan ke gugus tugas.

Penutup

Berdasarkan hasil diskusi, akan ada tindak lanjut dari pertemuan ini. Tim peneliti akan diupayakan bertemu melalui virtual dengan ketua gugus tugas DIY untuk membahas kesiapsagaan sistem kesehatan di daerah menghadapi lonjakan pasien.

Reporter : Happy R Pangaribuan (Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK-KMK UGM)


Unduh Materi
4 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x