HomePengambil KebijakanManajer Lembaga Kesehatan

Webinar Knowledge Management Pengembangan Pengetahuan Eksplisit Dalam Covid-19

Webinar Knowledge Management Pengembangan Pengetahuan Eksplisit Dalam  Covid-19

PKMK – Yogya. PKMK kembali melaksanakan kegiatan Knowledge Management yang dikemas dalam bentuk laman website manajemencovid.net dan webinar. Untuk mengembangkan pengetahuan tersebut, Prof. Laksono Trisnantoro pada 4 Mei 2020 melaksanakan diskusi bersama mitra untuk: 1) Memahami pengetahuan tacit dan eksplisit dalam proses penciptaan pengetahuan COVID-19 di Indonesia; 2) Mencari strategi agar  materi Forum Manajemen COVID-19 di web www.manajemencovid.net dapat dipergunakan dengan mudah oleh tenaga kesehatan di berbagai lembaga; dan 3) Mengidentifikasi format Forum Manajemen COVID-19 dalam pengembangan pengetahuan eksplisit: webinar/diskusi berbagai topik, forum tanya jawab ahli, kursus online, membahas pengalaman, sampai ke penelitian.

Dalam diskusi, Prof. Laksono Trisnantor menyampaikan bahwa terdapat beberapa kegiatan yang akan dilakukan, seperti:

Kegiatan 1 Memperkuat jalur penggunaan ilmu saat ini di forum manajemen COVID-19, yaitu pengetahuan yang terbatas di kemas dalam webinar dan online course menghasilkan dampak sosial (social impact) melalui training dan kebijakan. Dampak sosial memiliki indikator ukur yaitu pandemi berhenti dan case fatality turun. Kegiatan 1 dapat dilakukan dalam beberapa rangkaian diskusi melalui webinar, kursus online, tanya jawab, journal reading, penyusunan manual hingga dialog kebijakan. Target dari kegiatan ini adalah peningkatan kemampuan individu, penyusunan manual, penyusunan pedoman, pengambil kebijakan, dan peningkatan kematian.

Kegiatan 2 Melakukan penelitian untuk mendapatkan pengetahuan baru tentang COVID-19 merupakan bagian dari webinar yang diarahkan menjadi penelitian hingga mengahasilkan pengetahuan baru. Namun, dalam kegiatan 2 juga memiliki hasil akhir berupa dampak sosial (social impact) yang didukung pula dari training dan kebijakan. Penelitian yang menjadi pengantar awal harus bersifat translasional. Kegiatan penelitian terdiri atas beberapa hal yaitu riset dasar, terapan klinis, terapan manajemen dan kebijakan kesehatan, terapan epidomiologi, aspek sosil dan budaya sumatif, formatif dan implementasi. Sementara itu, target dari penelitian ini adalah menjadi masukan segera untuk manual penanganan klinis, Menjadi masukan segera untuk kebijakan penanganan wabah dan tidak bersifat segera.

Rencana pengembangan mendapatkan sabutan terbuka dari mitra, sebagaimana dr. Dhite dari Cochrane Indonesia menyampaikan komentar bahwa seluruh webinar yang telah ada tidak cukup mampu untuk menjadi bukti ilmiah, maka dibutuhkan systematic review yang saat ini sudah tersedia dalam Cochrane Internasional sebagai bukti ilmiah terbaru terkait COVID-19. Dalam sesi diskusi tersebut, dr. Dhitte juga menyarankan untuk laman manajemencovid.net menyediakan bagian yang menghubungan leaving evidence dari Cochrane Internasional.

Selain dr. Dhitte, ada pula tanggapan dari dr. Siswanto yang menyampaikan tacit dan eksplisit knowledge perlu dikombinasikan sehingga berinteraksi. Tacit knowledge merupakan buah pikiran dari aktor dalam suatau organisasi yang dikomenkasikan dan diperkaya oleh eksplisit knowledge. “Dalam forum ini membutuhkan peran peserta yang dapat mengambarkan pada level strategik, operasional, tata laksna, sehingga ini bermanfaat untuk menangani COVID-19.” ujar dr. Siswanto.

Mitra lainnya yang juga memberikan tanggapan adalah dr. Deni Sunjaya dari UNPAD, “Saat ini kami sedang menumpulkan sumber daya untuk memperkuat kegiatan penanganan pandemi pada aspek psikologis maupun medis. Penanganan COVID-19 ini perlu seimbang sehingga dapat mengarah ke promotif dan preventif.”

Dari ketiga tanggapan dari mitra, Prof. Laksono menanggapi kembali bahwa saat ini akumulasi pengetahuan telah ada cukup banyak dalam situasi wabah. Hal tersabut menjadi tantangan besar karena masih banyak beberapa kelompok yang tidak memperhatikan pengetahuan. “Kadang kala beberapa orang di lapangan menyebutkan bahwa pandemik adalah teori dan praktik tidak seperti itu (teori).” Penjelasan Prof Laksono menggambarkan bahwa tidak seluruh dokter memiliki ketertarikan dengan evidence based karena adanya prinsip seni pengobatan yang bebas. Dalam konteks manajemen yaitu budaya, politik, anggaran dan lainnya juga mempengaruhi praktik dari suatu teori atau pengetahuan. Dalam situasi normal, beberapa praktisi dapat mengabaikan pengetahuan, tetapi situasi pandemi dengan mengabaikan pengetahuan tidak hanya membahayakan pasien dan tenaga medis, peneliti kesehatan juga dapat terancam. Oleh karena itu, desain dari forum manajemen covid di rancang untuk menghargai dan merawat pengetahuan mengenai covid demi melindungi seluruh kelompok.

Penutup dari diskusi ialah hasil dari survei forum manajemen COVID-19 yang menggambarkan bahwa peserta dari kegiatan 18,9 berasal dari lembaga penelitian. Sementara latar belakang pendidikan dari peserta 27 persen adalah mahasiswa pascasarjana. Akses dari website manajemencovid.net dari hasil sruvei juga menunjukkan bahwa 37 responden rata – rata membuka sebanyak tiga sampai tujuh kali dalam satu minggu. Selain itu, 58 persen responden juga merasa bahwa forum manajemen covid berguna untuk pengembangan pengetahuan pribadi. Tidak hanya pengetahuan pribadi, 54 persen responden menyampaikan bahwa pengetahuan dari forum bermanfaat untuk penanganan COVID-19.

Survei masih dalam diisi oleh pengunjung maupun peserta webinar dalam link berikut: https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSdVKyWwMHPC94s0DPh89wiffU_4Pom7KoRhh_BIbrfNXt2P0g/viewform

Unduh Hasil Survei

Unduh Materi Diskusi

Video Diskusi (dalam proses)

Reporter: Tri Muhartini (PKMK UGM)

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x