HomeReportase Kegiatan

Angkatan III Aktivasi Hospital Disaster Plan berbasis Incident Command System dalam Menghadapi Pandemi COVID-19

<span class="dojodigital_toggle_title">Angkatan III Aktivasi Hospital Disaster Plan berbasis Incident Command System dalam Menghadapi Pandemi COVID-19</span>

Laporan Free Serial Workshop Online

Angkatan III
Aktivasi Hospital Disaster Plan berbasis Incident Command System dalam Menghadapi Pandemi COVID-19

Selasa – Jumat, 14-17 April 2020

oleh:
Badan PPSDM Kesehatan, Kementerian Kesehatan dan PKMK FK – KMK UGM


Badan PPSDM Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan FK – KMK (Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan) Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan workshop secara daring dengan tema Hospital Disaster Plan berbasis Incident Command System (ICS). Workshop dilaksanakan dalam 4 tahap yaitu 1) HDP berbasis ICS; 2) komunikasi dalam ICS; 3) logistik dalam ICS; 4) kertas kerja dan diskusi.

Kegiatan dibuka pada 14 April 2020 oleh Kepala Badan PPSDM Kemenkes Prof.dr. Abdul Kadir, Sp.THT(K). Dalam sambutan pembukaan Kepala Badan menyambut baik kerjasama ini dan berharap pelatihan ini dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan kondisi lapangan bahwa belum semua RS yang sudah membuat HDP paham terhadap HDP, karena pada umumnya HDP hanya sebatas dokumen dan belum disosialisasikan sehingga belum semua petugas RS paham terhadap HDP. Tidak jarang RS yang sudah mempunyai HDP belum membuat jejaring dengan RS lain di sekitarnya termasuk dengan Dinas Kesehatan setempat. Dalam akhir sambutannya kepala badan menyampaikan kesiapan Badan PPSDM dalam mendukung dan melaksanakan pelatihan berbasis online.

Dalam survey pendahuluan terhadap peserta pelatihan yang diikuti oleh 32 RS, hanya 18 RS yang memberikan jawaban terhadap survei yang dilakukan, dimana hanya ada 12 RS yang menyatakan telah membuat HDP sedangkan 6 RS belum punya HDP. dari 18 RS yang punya HDP, hanya 8 RS yang mengaktifkan ICS dan hanya 4 RS yang menyesuaikan HDP dengan pandemi Covid19. dari 18 RS yang menjawab survey , 16 diantaranya merupakan RS Rujukan namun hanya 12 RS yang menangani pasien kritis Covid19.

Setelah pembukaan disampaikan materi pertama oleh dr Bella Donna, MKes tentang Hospital Disaster Plan dengan moderator Madelina Ariani, SKM, MPH. Sesi ini memaparkan kesiapan RS dalam menghadapi bencana. Ada 3 hal penting yang dibahas yaitu 1) memahami regulasi manajemen bencana; 2) memahami mengidentifikasi bencana internal dan eksternal serta 3) melakukan self assessment RS. Program Manajemen bencana sangat penting untuk dipahami dan dikembangkan oleh RS untuk menghadapi bencana alam maupun bencana non alam yang memiliki potensi terjadi di masyarakat. Dalam manajemen bencana RS harus memahami dan menentukan a) jenis bahaya; b) struktural yang terlibat saat bencana; c) peran RS; d) strategi komunikasi; e) sumber daya dan sumber alternatif; f) tempat pelayanan alternatuf; g) peran dan tanggung jawab staf; h) mengelola konflik antara tanggung jawab pribadi staf dan tugas di RS.

Rumah sakit diharapkan mampu mengidentifikasi bencana internal dan bencana eksternal setperti keadaan darurat di masyarakat, bencana alam dan bencana lainnya serta wabah besar yang menyebabkan resiko signifikan seperti COVID-19 saat ini. Rumah sakit harus memiliki kemapuan untuk melakukan self assessment dalam menghadapi bencana dengan menggunakan hospital safety index dari WHO. HDP yang dibuat oleh RS seyogyanya tidak hanya digunakan untuk lingkungan RS namun juga dapat disinkronkan dengan tim bencana daerah dan juga klaster kesehatan di wilayah tersebut.

Dok. PKMK FK-KMK UGM “Sesi Diskusi”


Dalam paparan materi yang disampaikan oleh dr Bella Donna ada umpan balik yang disampaikan oleh peserta pelatihan diaantaranya adalah:

  1. RSUD Kartini Jepara yang pada awalnya belum memahami ICS dengan baik, namun setelah mendapat materi menjadi paham tentang ICS. Disampaikan juga bahwa RS kartini merupakan RS Rujukan level 2, dimana pasien COVID-19 yang berat akan dirujuk ke RSUD Kudus
  2. RSUD Kota Bogor telah merawat 103 pasien COVID-19, meski belum ditetapkan sebagai RS rujukan di Kota Bogor namun, pertemuan dengan 21 RS yang ada di kota Bogor berharap agar RSUD Kota Bogor ditunjuk sebagai RS Rujukan di Kota Bogor.
  3. RS Kota Tangerang baru bergabung dan meminta untuk dikirimkan form survey agar bisa mengisi dan mendiskusikannya dengan para fasilitator
  4. RS Lombok menanyakan tentang perbedaan MIMS dan HICS yang dijawab oleh narasumber bahwa MIMS singkatan dari major Incident medical Support dan HICS adalah Hospital Incident Command System, keduanya merupakan sistem yang bisa dipilih salah satu oleh RS untuk dipadukan dengan Incident Command System (ICS)
  5. RS Karawang menanyakan tentang bentuk job absence dan dijelaskan oleh narasumber bahwa bentuknya tidak baku, disesuaikan dengan kebutuhan RS sendiri ada yang bebentuk kartu ada pula yang berbentuk lembaran – lembaran yang diklip. Pada dasarnya kebutuhannya adalah agar setiap petugas memahami tugas dan gangungjawabnya masing – masing
  6. RS Muntilan membuat tim COVID-19 berbeda dengan tim HDP, namun setelah mendapatkan materi menjadi paham akan manyesuaikan kembali
  7. RSUD Sidoarjo, telah menyesuaikan HDP dengan bencana COVID-19, bahkan RSUD sidorjo merupakan percontohan bagi tim narasumber FKKMP UGM dalam pembuatan HDP berbasis ICS.
  8. Kepala Bapelkes Batam, memohon kepada panitia untuk menambahkan 2 RS dari Batam untuk ikut dalam pelatihan ini karena menganggap bahwa pelatihan ini sangat penting bagi RS.

Sesi materi ditutup oleh moderator dengan mengingatkan kepada semua peserta untuk menyelesaikan tugas yang harus dikumpulkan besok untiuk dibahas oleh narasumber dan fasilitator.


Reporter : Primus Radixto Prabowo, SKM M.Kes
Bapelkes Semarang