HomeKlinisi Rujukan

Notulensi Seminar Apakah Virus Menjadi Ancaman Terbesar Umat Manusia di Muka Bumi Ini?

Notulensi Seminar Apakah Virus Menjadi Ancaman Terbesar Umat Manusia di Muka Bumi Ini?

3 April 2020


Pengantar dari dr. Yodi Mahendradhata, M. Sc, PhD (Perwakilan Dekanat FK – KMK UGM) menyatakan acara ini dilaksanakan untuk menyikapi penguman presiden terkait penemuan kasus COVID-19 belum lama ini terjadi.  Yodi juga mengenalkan poling melalui socrative.com tentang COVID -19 kepada seluruh peserta


Paparan dari Prof Amin Soebandrio PhD

Di awal paparannya Prof Amin bercerita tentang Kota Wuhan, penemuan sumber penularan di salah satu pasar ikan di Wuhan.  Situasi dan timeline wabah virus corona SARS-Cov-2 (COVID-19), dari awal penemuan sampai 21 Februari 2020. Terdapat 78.817 kasus, 2.462 meninggal, 23.283 sembuh, per 21 Februari 2010. Situasi per 3 Maret, indonesia sudah memiliki titik merah di peta COVID-19 WHO.Kurva epidemik di Cina semakin menanjak. Clinical features; Prof Amin menjelaskan perjalanan alamiah penyakit dari mulai terinfeksi, gejala, sampai menjadi berat, hal tersebut tergantung dari banyak faktor. Distribusi dan karakteristik penderita di China; korban meninggal mayoritas diatas 60 thn (80%) dan pekerjaan pensiunan.

Terdapat 4 piramida perjalanan penyakit yaitu no symptom, mild symptom, severely sick, death. No symptom dan mild symptom merupakan potential source of transmition. Kemudian Amin mengenalkan virus Corona, ada 7 yang dapat menyerang manusia. Beta coronavirus paling berbahaya bagi manusia, COVID-19, SARS dan MERS. Kemudian Amin juga menjelaskan mekanisme penularan dari hewan ke manusia. Kelelawar, tikus, babi, unta dan lain – lain.

Tipologi COVID-19 paling dekat dengan SARS Corona Virus. Amin juga memaparkan  kemunculan kasus diberbagai negara dan penelusuran kasusnya. Pihaknya juga menjelaskan cepatnya perkembangan  COVID-19 di China, 11 Februari ditemukan penderita seluruh wilayah China. Epidemiologi COVID-19 di China paling tinggi akhir Januari, Februari mulai menurun. Dampak positif adanya pandemic COVID-19 ialah polusi udara di cina menurun. Sementara, penyebaran secara global di luar China; pertambahan luar biasa, kurva semakin naik. 24 jam terakhir hari ini  tercatat 90.870 kasus, status global very high menurut WHO. Amin kemudian memaparkan Strategi WHO, kasus penemuan dan perjalanan COVID-19 di Depok, Jawa Barat. Satu sumber bisa saja menularkan ke 4 orang. Maka, active surveilance harus dilakukan.


Paparan dr Dicky Budiman MScPH PhD

dr  Dicky memberikan pengantar global health security (GHS); intinya upaya dunia melindungi umat manusia, tidak hanya penyakit tapi juga hal lain seperti nuklir. Sejarah pandemi virus 20 tahun terakhir, berasal dari Zoonotic virus. SARS 2003 pandemi pertama yang terjadi 20 tahun terakhir, kemudian Ebola 2014, MERS 2015, SARS-COV-2 pada 2019. Lima alasan pentingnya International Health Regulation; masalah kesehatan tidak melihat batas wilayah, early warning system, travel and trade are made safer, dan seterusnya. Faktanya tercatat Italia mengekspor COVID-19 ke 14 negara. Data lain yang penting ialah angka kematian COVID-19 tidak sebesar SARS, yaitu sebesar 3,4-9,6%.

Tingkat keparahan COVID-19 relatif tidak tinggi, tapi tingkat penularan sangat tinggi. Maka diperlukan strategi yang berbeda dengan SARS.  Dalam space yang crowded harus lebih waspada. Satu orang bisa menular ke 4 – 5 orang, maka harus ditelusuri. Penularan dapat melalui droplet, vecal oral.  Istilah infodemik; apapun informasi yang bisa menyebabkan menghambat upaya penanganan. Strategi penguatan Health Security di Indonesia; leadership-preparedness-multi sectorial collaboration-community partisipation-risk communication. Dalam hal ini, political will dan funding paling penting.

Kemudian dr Yodi memperlihatkan hasil poling yaitu COVID-19 menjadi ancaman terbesar menurut peserta poling, 1 bulan ke depan COVID-19 semakin menyebar di Indonesia menurut peserta poling, mayoritas menyetujui pemerintah sudah maksimal.


Tanggapan Prof Amin

Seluruh dunia seolah – olah takut dengan COVID-19. Menurut Prof Amin kemungkinan akan ditemukan kasus baru di Indonesia bisa saja terjadi.

Tanggapan Dicky

Eksistensi manusia menjadi indikator utama dalam GHS. Perubahan iklim menjadi ancaman utama, namun COVID-19 saat ini menjadi perhatian utama. Melihat China, sudah mulai bisa mengendalikan, Singapura  juga sama. Prediksi dalam 2 – 3 bulan Indonesia sudah mampu mengendalikan juga. Harap dapat menerapkan seluruh himbauan dari Kemenkes/Pemerintah.  Pemerintah sebenarnya sudah sangat serius.


Sesi tanya jawab

  1. M Alfian KMPK 19
    Terkaitan tulisan dr Dicky, disparitas wilayah Indonesia, penegakan diagnosis, bagaimanana langkah antisipasinya?
  2. Anedia KPMAK 19
    Investasi health security preparednes, respon panic public, untuk COVID-19 bagaiamana pemerintah Indonesia mempersiapkan?
  3. FETP 19
    Diagnosa PCR namun di China juga dengan CT scan, bagaimana cara yang paling baik?


    Prof Amin
    Betul di China juga memakai CT scan terutama untuk batuk sesak pneumonia untuk melihat gambaran paru. Telusuri juga kontaknya untuk memperkuat diagnosa. Pengambilan sampel swab tetap harus dilakukan. Untuk Indonesia, tidak semua wilayah punya CT scan, yang dilakukan mempertajam anamnesis sebelum upaya – upaya lainnya, anamnesis harus akurat dan lengkap. Gambaran klinis dan riwayat kontak yang masih diterapkan. Kapasitas Laboratorium Indonesia? Pak Yodi
    Luar negeri mengandalkan laboratorium universitas, di Indonesia masih di Litbangkes. Kita harus menyiapkan lebih banyak laboratorium lagi. Quality Control tidak boleh dilupakan.


    dr Dicky
    Tentang disparitas, intinya pencegahan dari masyarakat, kemudian kesadaran karantina bagi orang beresiko. Untuk RS dan Puskesmas harus mempunyai infection control, lebih diperketat, personal protection, contoh antrian di RS harus diantisipasi. Indonesia bagusnya sudah punya pusat krisis. Hal yang perlu dipahami, kita punya surveilans pnemonia dan ISPA itu harus lebih diperkuat di semua daerah semua rumah sakit dan puskesmas.

  1. Roy Suryo
    Terkait Hoaks, banyak laporan TKI TKW tidak diperiksa di bandara saat pulang, ini bagaimana?
    Statement presiden masker siap 50 juta, tapi nyatanya sekarang mahal sekali, ancaman bukan saja virus tapi juga publikasi dan kepanikan, bagaimana pendapat?
    Bagaimana tentang data pribadi pasien?
  1. Pak Rizalta. Kementerian pariwisata,
    Informasi tentang COVID-19 berharap yang tepat. Bagaimana kalangan pariwisata menyikapi kaitan virus COVID-19 ?
  2. Tiara, Coas IKM 19
    Apa yang bisa dilakukan akademisi menyikapi informasi  yang banyak (infodemi)?


    Prof Amin
    Kemungkinan terkait informasi pasien ada regulasi yang dilanggar, terutama UU ITE, lindungilah hak-hak pribadi pasien. Terkait pariwisata, kasus kecurigaan di Bali, jadi intinya harus melakukan penelusuran kontak. RS ingin bisa memeriksa sendiri, tapi sumber daya belum memungkinkan. Inform concern pasien harus ditegakkan di setiap pemeriksaan. Observasi 14 hari kepada orang dicurigai harus diterapkan secara ketat. Indonesia masih sangat beresiko, peran masyarakat harus memahami terhadap semua himbauan, harus diterapkan. Pulang dari LN diberi health alert card. Terapkan juga prinsip – prinsip mitigasi. Kita sebagai akademisi dan petugas kesehatan harus bisa menjadi agent of change, melakukan promosi kesehatan. Perlu melibatkan maksimal organisasi profesi.


    dr Dicky
    Tentang national action plan, secara teoritis membutuhkan dukungan yang dana kuat. Pemerintah perlu memberi keyakinan ke publik dan memberi info yang komprehensif. Ini adalah level mentri koordinator. Pariwisata, perlu pemerintah mengajak bicara sektor pariwisata, memang kerugian pasti terjadi, tapi pengendalian kasus jauh lebih penting untuk jangka panjang, untuk keselamatan masyarakat Indonesia. Infodemik juga mencemari publikasi2bereputasi seperti Lancet, di Indonesia perlu menindaklanjuti dengan stakeholder engangement. Membuat kanal independen untuk memberikan info valid ke masyarakat.


    Pertanyaan dari webinar dari webinar.
    Usulan topik penelitian?
    Prof Amin:
    Salah satunya, misal ada beberapa kasus, bandingkan serum acut dengan convalesence
    IKM, kaitkan kasus depok, kontak penelusuran bisa jadi tulisan.


    Dr dicky:
    Sangat banyak, contoh ttg kualitas infodemik, literatur review terkait COVID-19, perbandingan kasus antar negara, efektivitas termal scanner terkait COVID-19, dan lain – lain

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x